Cerita Cinta: MANISNYA RAYUAN BERBUAH DOSA !!

Di malam yang gelap gulita, sedang berlangsung terus tanpa putus, dan bahkan melewati malam yang pertama, Adil menyelinap dalam kasurnya yang empuk. Senyuman terpampang pada bibirnya. Kebahagiaan membelalakkan kedua matanya. Dia berharap untuk tertidur tapi tak kunjung bisa !! Hati dan pikirannya sibuk memikirkan Rabab, seorang gadis yang cantik rupawan. Keentuhan hati yang terpikat ke selain Allah yang menyelurat tidur penuh sukacita dan kenikmatan, ada di dalam siksa yang kekal dan kesedihan dan kedukaan yang abadi.

Tahukah kamu, siapakah Adil? Siapakah Rabab ?! Dan bagaimana dia mengenalnya? !! Adil adalah seorang remaja yang masih belia dari generasi masa kini yang lalai, membelot dari jalan yang benar dan hidayah dan menapaki jalan kesesatan dan kebinasaan. Layaknya kebanyakan remaja bejat, dia hanya sibuk kondisi mejeng dan merayu kaum hawa, dan memburu mereka dalam jerat-jeratnya dengan kata-kata rayuan, ungkapan kerinduan, surat-surat cinta dan sambut manis, baik melalui telepon, saat di mal, atau di pintu -pintu sekolah.

Cerita Cinta: MANISNYA RAYUAN BERBUAH DOSA !!

Banyak Sudah gadis malang Yang Tak berdosa Telah terperangkap di hearts Jerat-jeratnya lewat propaganda cinta dan DENGAN Dalih bahwasanya dia bermaksud menikahinya Dan Menjadi pendampingnya hearts satu atap rumah Yang dilingkupi kebahagiaan, Cinta kasih Dan keharmonisan; misalnya sebuah bahtera mahligai rumah tangga. Sampai-sampai dia telah menyepi dan bisa merengkuhnya, dia pun langsung menerkamnya bak bola terjang srigala buas ke arah serangga Kambing malang.

Jika dia telah dapat memuaskan nafsunya, merenggut kesucian dan gadis terhormat itu, dan meneguk sari-sarinya, dia pun pergi ke dalam jerusan. Wanita itu hanya bisa mengunyah pedihnya aib, kehinaan dan cela. Dia berharap tangisan darahnya bisa dibagikan tetesan udara mata sebagai penghasilan agar bisa lebih lagi harga dirinya yang tercabik dan terhormatnya yang ternoda. Akan tetapi, seumur hal itu akan terjadi !!

Sementara Adil, jika sudah selesai menikmati mangsa yang satu, dia berusaha mencari mangsa yang lain. Dan begitulah seterusnya ... Pada hari-hari ini, Anda sedang mencoba untuk menelepon, dan kucing bernama yang bernama Rabab, yang dikenalnya melalui pembicaraan melalui telepon. Rabab adalah seorang gadis mojang yang lugu dan penuh kelembutan. Dengan mudah dan cepat, rayuan-rayuan gombal dan kata-kata cinta langsung menggetarkan leher. Untuk sekian waktu, komunikasi dan pembicaraan melalui telepon antara lain terus berlanjut, dan Adil mulai memperdayainya melalui kata-kata manis, lembut nan indah, dan dia berjanji kepada Rabab untuk menikahinya dan berumah tangga dengannya.

Begitu cepat mangsa ini masuk ke dalam perangkap. Hati Rabab telah terpikat dan cinta terbukti. Dia percaya Adil adalah pemuda, masa depan dan pasangan hidup. Dia tidak tahu bahwasanya Adil adalah seekor srigala yang suka ingkar tepat dan tahan musang yang pemalas. Dia tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menerkamnya.

Awal mulanya, hubungan mereka sebatas ucapan-ucapan cinta kasih melalui telepon. Setelah itu, sedikit meningkat pada senyuman dan interaksi di depan pintu fakultas di mana Rabab kuliah atau di salah satu mal. Kemudian meningkat saat Rabab ikut naik bersama Adil di dalam mobilnya yang mewah.

Setiap saat, Adil bekerja Rabab di depan pintu fakultas, mengingat bahwa hanya ada satu pintu masuk yang memungkinkan untuk melewati waktu yang masuk ke ruang kelasnya. Rabab menunggu saat perginya, lalu keluar di mana pun yang telah menunggunya di tempat sepi yang berada tak jauh dari kampus. Dia pun ikut naik dalam satu mobil bersama Adil. Saling bersambung dan berbagi tawa. Dengan mengendarai mobil, mereka berkeliling hingga hampir waktu Zhuhur.

Menjelang waktu pulang kuliah, Adil pun belajar kembali ke tempat kuliah. Jika sudah tiba, Rabab segera keluar menghampirinya, dan seolah-olah dia telah menghabiskan seluruh waktunya untuk belajar !! Sang ayah yang pandir itu tak tahu apa yang terjadi saat dia tiada !!

Untuk sekian waktu lamanya, semuanya berjalan menurut layar ini. Akan tetapi, Adil belum merasa puas dengan durasi waktu yang dihabiskan bersama dengan Rabab di dalam mobil termasuk semua canda tawa, bisikan, dan lain-lain. Iaempat untuk bersamanya di apartemennya untuk bisa memangsanya dan merenggut darinya apa yang diinginkannya. Dia telah jenuh dan bosan dengan berbagai canda tawa, ciuman dan kata-kata lembut. Manakala Adil merasa Rabab telah percaya dan yakin bahwa mereka ingin menikahinya dan tidak berniat jahat terhadapnya, dan Anda telah kuat terpikat karya, kemudian mencampurnya, Adil mengajaknya untuk mampir ke apartemen yang berhubungan 15 Km dari kampus Rabab, dengan dalih agar Rabab menyaksikan sangkar gaun indah yang akan dihuninya setelah menikah nanti, dan agar dia bisa memberi makna dengan dekorasi dan dekorasi yang akan menjadi miliknya yang sangat indah. Juga, agar mereka bisa sama-sama berada di acara peminangan, akad bersama, resepsi pernikahan berikut semuatetek bengek-nya .

Akan tetapi, Rabab menolak keras hal itu. Sepanjang hidup, dia belum pernahanan dengan seorang lelaki asing di dalam rumah. Sampai di sini, Adil merasa mangsanya akan bisa lepas dari jeratnya, dan itu semua yang telah dibangun dan dirancang sejak berbulan-bulan hampir gagal dan kandas di dalam pejaman mata. Seketika, keningnya berkerut dan jejak pun bermuram durja. Sambil pura-pura marah dan log, dia berkata, “Tidakkah kamu mempercayaiku, wahai Rabab? !! Apakah kamu mengiraku termasuk kawanan srigala yang mau menerkam seorang gadis dan merenggut kesuciannya, lalu mereka pergi dan melepaskannya? Aku bersumpah kepadamu bahwa maksudku baik dan tujuanku mulia !! Aku hanya menikahimu, menjadi pendampingmu dan membangun bersama-sama mahligai rumah tangga yang bahagia. ”

Di bawahnya, kata-kata dan kata-kata yang manis dan sumpahnya yang sangat kuat, akhirnya menjerit yang malang ini dilakukan untuk Adil ke apartemennya. Dia berjanji melakukannya, dan Adil pun ganti hal itu.

Malam itu, Adil duduk sambil berpikir, merenung, menyusun strategi dan apa yang akan diperbuatnya besok bersama Rabab? !! Bagaimana dia bisa bisa sampai pada apa yang dikehendaki darinya? !! Inilah kesempatan telah ada di depan mata, dan bisa jadi tidak akan terulang lagi untuk kedua kalinya !! Kebahagiaan telah membelalakkan kedua matanya, sedang menari menari berbunga-bunga, waktu yang dinantikan pada pagi pagi.

Lama dia tidak bisa bicara dan berpikir sambil berbaring di atas ranjangnya. Manakala dia orang tidur, lekat, tak mau terpejam dan rasa kantuk pun seketika sirna.

Ketika Adil sudah frustasi dipermainkan rasa kantuk pada kedua kelopak matanya, dia pun melompat dari ranjangnya dan menghampiri jendela kamar yang melongok ke jalan. Dia mulai merenungi hamparan langit yang luas dan mengatakan pada rembulan yang indah. Dengan terbata-bata, dia berkata, “Hei rembulanku yang bercahaya! Kini★ Anda bersembunyi dan terbenam. Wajah Rabab memancarkan sinar dan cahaya. Kami tidak butuh kamu lagi sebelum malam ini !! ”

Adil adalah seorang lelaki gegabah dan suka membual. Kobaran syahwat sedang menggelorakannya dan bara nafsu sedang mempermainkannya. Adil tidak berpikir dengan akalnya atau menuruti panggilan kebaikan dan hidayah di dalam hati. Dia telah mengendalikan teman-teman jelek dan yang menghanyutkannya bersama mereka di dalam kesesatan. Di tambah lagi pengabaian kedua orang tuanya untuk menyerukan pendidikan yang baik, mengingat dan memberi manfaat semua fasilitas mainan dan menyenangkan, bahkan sekalipun hal itu diharamkan.

Kesemua itu membuat pemikirannya hanya terfokus pada syahwat dan kepuasannya yang diobralnya ke hati para wanita yang bodoh dan terpedaya !! Sampai-sampai dia mengeluarkan semua yang berbau sekolah karena tabiatnya yang menyala-nyala dan syahwatnya yang membabi buta….

Malam itu, Adil memperhatikan menit-menit jam, dan seolah-olah itu bak jam-jam dan hari-hari yang menghalang antara dia dan waktu yang dinantikannya bersama Rabab, menyanyikan buah gangguan yang sangat cantik. Kemudian dia membisikkan kata-kata ke dalam hati, “Aku akan membuat strategi yang telah berhasil menuai petualangan dan aku akan bisa menggait mangsaku yang sangat berharga !! Rabab adalah impian yang kehilangan yang kucari-cari selama ini… Amboi…. betapa dia sangat mempesona, dia sungguh cantik sekali !! ”

Kemudian sambil tertawa terbahak-bahak, dia berkata lagi, “meski demikian, dia sangat bodoh sekali !! Sungguh, dia sangat bodoh saat mengira si srigala yang buas ini mencintai dan tergila-gila. Khayalan dan fatamorgana yang dusta itu telah membutakan pandangan dan mata cermin. Dia tidak bisa tahu apa yang tersembunyi dan terselubung dalam hati Adil yang memendam kehinaan dan kekejian. Malah, dia malah terbuai kata-kata manisnya yang memimpikan tugas mahligai rumah tangga semu, layaknya semua lelaki yang menggunakan busana kemuliaan. Nyatanya, hakikatnya tak lebih dari musang yang penuh tipu muslihat dan srigala yang pemalas. ”

Sungguh, dia sangat bodoh saat mengira ada lelaki yang rela menikahi wanita yang dikenalnya lewat pembicaraan telepon. Tidak mungkin seorang lelaki menerima wanita semacam ini untuk menjadi seorang istri. Karena, dia tahu bahwa wanita itu sebelumnya –melalui telepon- pasti telah mengenal banyak lelaki selain dirinya. Karena orang yang di waktu mudanya demikian, pastilah lalu pula di waktu tuanya.

Pagi itu, Adil bangun dari tidurnya. Dia siap membasuh mukanya untuk mengusir rasa kantuknya dan agar dia tidak terlambat dari waktu bersama Rabab. Dengan cepat, dia memasukkan pakaiannya yang terlihat perlente, lalu mengendarai mobil mewahnya. Dia langsung pancal gas dan mengemudikan setir hingga mobil pun melaju kencang bak udara deras yang membelah arus gelombang membawa Adil untuk menggapai sayap-sayap nafsu dan cinta.

Kini ... Adil telah sampai di depan kampus sesuai jadwal waktu yang telah dibuat antara dia dan Rabab, menyanyikan buah terpisah yang telah menodai kehormatannya dan pamor keluarga yang terhormat dengan berbagai pertemuan-pertemuan nista ini. Adil mulai menanggapi santapan pagi dan aroma para gadis dengan melihat seorang pencuri agar bisa selintas melihat dan melihat Rabab.

Selang beberapa menit lamanya, Rabab muncul menghampirinya. Senyumannya yang mendahului aroma bumbu parfumnya yang harum semerbak. Sementara kenaikan bunga mawar merah. Rabab membuka pintu mobil dan tanpa canggung langsung naik di samping kekasihnya. Mobil pun melintasi dari arah eksposur untuk melewati rambu-rambunya yang telah ditetapkan dengan leluasa. Mobil terus melaju pada jalurnya. Setelah beberapa saat, kedua orang itu pun sampai ke lokasi apartemen. Menaikan tangga dengan langkah maju bak betin kambing betina yang sedang diseret seorang jagal ke tempat penyembelihannya.

Gaya yang ada, sedang perasaan cinta bergejolak di hati masing-masing setelah panah asmara telah terpatri kuat di antara keduanya. Rabab menuntut permata yang terawat yang selalu meneguk sari keimanan, kemuliaan dan kesucian. Bahkan, kemolekannya itu menjadi kemalangan setelah dia menyingkap jilbabnya yang indah yang selama ini.

Sepasang kekasih, Adil dan Rabab duduk di sofa yang berada dalam apartemen. Membagi saling kata-kata cinta dan bergantian menancapkan panah asmara dan lain sebagainya. Pada mulanya, Rabab tampak hati-hati. Dia berusaha semampunya untuk bisa mengendalikan perasaan dan emosinya, karena dia tahu bahwa itu adalah kerugian terbesar dan miliknya satu-satunya jika dia tidak bisa mengendalikan perasaan yang menyedihkan-ledak.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan keberanian kata-kata yang manis yang disuntikkan Adil ke telinganya, perlawanan perasaannya itu pun melemah. Dia benar-benar mulai terbawa perasaannya yang menyalanyala seperti kebanyakan gadis yang bermain api, menghampiri fitnah, dan pagian dengan lelaki asing. Dia mengira dirinya mampu mengendalikan emosi dan perasaannya. Dia ingin yakin akan bisa menjaga dirinya agar tak terperosok dalam lembah nista dan dosa. Tapi, bagaimana mungkin dirinya dan kekasihnya masih ada setan sebagai pihak ketiga!

Tak perlu ragukan lagi, diaertas akan kualitas-kualitas yang sangat menyakitkan dan malapetaka yang sangat pahit. Dia benar-benar telah kehilangan diri dan perasaannya. Dia telah menyerah pada gelora nafsu dan syahwatnya. Akumulasi, dia pun Menghematkan sesuatu yang paling dibitraan yang dimengar !!

Nyata, Rabab pun mulai terasa. Dia benar-benar tak kuasa lagi mengontrol emosi dan perasaan! Pada saat lengah dan terbuai oleh nafsu dan perasaannya itu, Rabab pun tanpa sadar dan terasa telah menyerahkan dirinya kepada seekor srigala yang buas ini. Adil pun langsung merenggut keperawanan dan kesusiannya dan bisa memetik buah “haram” bersamanya, setelah keduanya tenggelam dalam cengkraman dibandingkan srigala yang hina dan nista.

Kemudian Rabab tersadar dari keterbuaiannya dan tergugah dari mimpi dan tidurnya, akan tetapi dia akan menemukan sebuah fakta yang sangat menyakitkan. “Aku telah kehilangan sesuatu yang kumiliki”. Bahkan, dia sungguh telah Menghancurkan segalanya ... harga diri, kehormatan dan kesuciannya.

Serta merta, dia pun menangis, menjerit dan mengaduh. Namun, Adil segera menenangkan pikirannya, meringankan kesedihannya dan mempermudah urusannya. Adil berkata,, “Untuk apa semua tangisan ini ?! Apa yang mendorong semua ketakutan dan kesedihan ini ?! Kamu adalah kekasihku ... istriku ... dan patner hidupku ... Aku akan meminangmu dalam minggu-minggu ini. Kemudian kita menikah dan hidup bersama, tidak ada yang tahu apa yang telah terjadi di antara kita. Aku bersumpah kepadamu melalui hal itu !! ”

Untuk kesekian kalinya, Rabab terpedaya dengan kata-kata manisnya, janji-janji indahnya dan sumpah-sumpahnya yang begitu meyakinkan. Dia sangat percaya sempurna dan kata-katanya. Berangsur, emosionalnya mulai reda, dan isak tangisnya pun berhenti. Dia merasa pasrah kepada kenyataan yang memilukan ini, meskipun sangat menyesal dan takut terhadap apa yang akan terjadi nanti.

Di sini, Adil berkata, "Sekarang, aku akan pergi untuk membeli makanan, sirup dan buah-buahan untuk kita santap sambil mematikannya, resepsi pernikahan dan desktop, duhai 'istriku' yang cantik rupawan !! ??"

Rabab yang bodoh itu pun di dalamnya senyuman yang tak kenal kesucian, senyuman wanita yang rasa telah terampas oleh dosa dan bahkan tampak senang dengan suasana alam yang indah. Dia berkata kepada Adil, “Kamu tidak sampai telat. Aku ingin kembali ke kampus sebelum ayahku tiba di tengah siang nanti. ”

Adil menjanjikan makhluk untuk tidak telat waktu. Kemudian dia berpamitan, lalu, pintu pintu apartemen dan persaingan. Dengan tergesa-gesa, Adil keluar dari rumah. Dia naik ke dalam mobil mewah dan langsung banting setir dan melaju dengan kecepatan yang luar biasa !! Dia sangat bernafsu untuk bisa kembali ke Rabab dengan cepat agar tidak gelisah dan takut juga di dalam apartemennya, dan agar dia bisa berasyik masyuk bersamanya untuk waktu yang lebih lama lagi, juga agar dia mengulangi kesalahan bersamanya untuk kedua waktu yang digunakan Rabab percaya bahwa dia akan melamarnya dalam minggu-minggu ini.

Di tengah-tengah Adil mengemudikan mobilnya secara gila-gilaan diiringi dentuman alunan musik yang memekakkan telinga, dengan berjoget senang dan memabuk atas apa yang telah diteguk dari mangsanya yang cantik pagi ini, tiba-tiba tiba menerobos jalur sempit dan tikungan yang sangat jahat yang mobilnya yang sedang melaju kencang itu menabrak mobil lain yang ada di jalan tersebut. Spontanitas, tubuh bergoncang hebat akibat kejadian yang buruk itu yang menjadi perhatian orang-orang yang lalang. Adil keluar dari mobilnya dalam keadaan kalut dan panik. Polisi lalu lintas pun terjadi untuk menginvestigasi kejadian. Setelah mereka menemukan tempat kejadian, terbuktilah oleh mereka bagaimana yang sebenarnya terjadi. Polisi penyelidik berkata kepada Adil, “Mengapa kamu kemudikan mobilmu dengan kecepatan yang tinggi ?!

Kemudian dia menyuruh untuk menahan dan menyekapnya dalam tahanan di balik terali besi hingga tuntas prosesi hukum yang berkaitan dengan insiden tersebut. Seketika, Adil pun langsung kelenger. Betapa hatinya sibuk memikirkan Rabab dan bagaimana dia kembali ke kampus?!! Apalagi dia telah menguncinya di dalam apartemen. Dia mulai membayangkan malapetaka yang bakal menimpa jika saja ayah Rabab tiba di kampus dan tidak mendapati Rabab ada di sana.

Dia pun memelas dan memohon kepada polisi agar melepaskannya meski hanya satu jam untuk menyelesaikan urusannya yang amat penting lalu setelah itu polisi bisa menawannya sesuka hatinya. Namun, kata-kata dan permohonannya itu berhembus bagaikan angin lalu. Polisi itu tetap bersikukuh pada pendiriannya. Dia meminta polisi ronda (patroli) untuk membawa Adil ke tempat tahanan.

Sementara Rabab terpaksa harus menanti kedatangan Adil, akan tetapi Adil ternyata telat sekali. Kegelisahan mulai menghinggapinya dan keragu-raguan mulai menghantuinya. Dia mengawasi jarum-jarum jam dari waktu ke waktu. Terbayang di kedua pelupuk mata dan lamunannya gambar ayahnya yang mulia sedang menunggunya di pintu kampus untuk membawanya pulang ke rumah seperti sediakala.


Dia kebingungan. Dia tidak tahu apa yang akan diperbuat? Juga bagaimana dia mengambil sikap? Lagi pintu apartemen dalam keadaan terkunci. Dia tidak punya kunci duplikatnya untuk bisa keluar dan mengurai tabir penutup terha-dap dosa dan kejahatannya, yang jika sampai tahu, niscaya dia akan menyayat-nyanyatnya menjadi beberapa potongan dan akan membuangnya ke hutan rimba sebagai mangsa para binatang buas, demi mengubur aib dan cela, juga sebagai solusi dari dosa yang takkan diampuni oleh masyarakat, dan sekaligus menjadi obat terhadap luka yang tak terobati. Ialah luka harga diri, kehormatan dan kemuliaan.

Rabab duduk di atas kursi yang empuk, tapi seolah-olah dia sedang duduk pada tusukan duri dan jarum, karena saking gelisah dan ketakutan yang akan menimpanya. Pada saat itu, dia berharap kalau saja bumi terbelah di bawah kedua telapak muka untuk menelannya masa !! Rabab berjalan menuju pintu apartemen dan terduduk di sampingnya sambil menunggu kedatangan Adil dengan penuh sabar, namun tak ada gunanya.

Dia memandangi arloji yang menempel di tulang pasien. Dia pun melihat hanya sedikit dari sedikit waktu untuk menjemputnya dari kampus. Seketika, dia gemetar dan seluruh persendiannya bergetar karena ketakutan yang akan menampar tulang-tulang rusuknya. Hatinya terus berdegup kencang. Dadanya terasa sesak. Dia merasa tercekik. Kemudian dia mulai memutari ruangan yang terjadi di dalam sarangnya dalam kondisi terkepung api dan meng-keluar jalan keluar.

Dia terus membayangkan nasibnya dan merenungi aibnya di hadapan ayah, keluarga dan teman-teman selama dosa yang diperbuatnya bersama Adil mereka. Dia tetap tidak menemukan solusi dari lama berpikir dan merenung, selain menghubungkan dengan telapak tangan kedua ta-ngannya, meneteskan udara yang bercucuran, dan menangis tersedu-sedu serta bercampur takut dan cemas ...

Adil masih terdampar di balik terali besi penjara yang hampir mencekik nafasnya. Aliran darah panas pun mulai mendidih di posisi…. Dia tidak tahu apa yang akan diperbuatnya untuk bisa menyelamatkan Rabab dari dilema yang dialaminya ?? Dia duduk dalam keadaan risau. Dia tidak tahu apakah dia berada dalam khayalan atau kepribadian !! Dalam dirinya, dia mulai berpikir tentang cara mengatasi kesulitan yang menakutkan ini !!

Setelah berpikir panjang, muncullah sebuah ide yang menyusup ke otaknya setelah menguras semua jerih payah… Yaitu, dia harus menelpon salah seorang yang memiliki kunci duplikat apartemennya yang membuat Rabab terkurung di dalamnya, dan memintanya untuk menyelamatkannya dari dilemanya dan segera mengantarnya ke kampusnya .

Akhirnya, dia meminta izin ke polisi lalu lintas, dan mereka pun memungkinkan untuk memanggil beberapa saat untuk kembali ke tempatnya di tahanan.

Adil gagalkan ke telepon dan langsung mengangkat gagang telepon. Dia memencet beberapa nomor dan dalam waktu singkat terdengarlah suara di telinganya berkata, "Halo, dengan siapa ?!" Dengan suara bergetar, Adil menjawab, "Hai Hamid, aku temanmu Adil. Dengarkan aku baik-baik dan pahamilah apa yang kuucapkan kepadamu .. ”Kemudian dia menyambung ucapannya,“ Aku ingin kamu melakukan yang penting untuk menyelamatkanku dan menyelamatkan seorang gadis yang bersamaku… ”

Adil menceritakan tema bahasan kepada sahabatnya, Hamid, secara singkat sekali dan berkata, “Saat ini, aku ingin kamu pergi ke apartemen dan mengantarkan gadis itu ke kampusnya dengan segera sebelum masuk bercahaya. Aku takut jika dia tidak menemukan putrinya di gerbang kampus, maka terbongkar dan tersingkaplah masalah ini. ”

Hamid berkata, "Di mana kamu sekarang, wahai Adil ?!"
Adil menjawab, "Aku sekarang berjuang di penjara, lalu lintas karena mobilku menabrak mobil lain ... Aku tidak bisa merencanakan kegiatan melalui pesawat telepon. Aku berharap kamu segera berangkat dan melakukan apa yang kukatakan sebelum sebelum terlambat ... ”

Hamid berkata, “Aku segera berangkat dari apa yang telah kamu kabarkan kepadaku. Percayalah sepenuhnya dan tenanglah menggunakan hal itu. ”

Dan, pembicaran pun berakhir sampai di situ. Belum cukup untuk menutup gagang telepon hingga udara liurnya mulai mengalir untuk bisa bersenang-senang dengan gadis itu. Dengan terbata-bata dia berkata dalam ha-tinya, “Selagi Adil telah bersenang-senang dengan gadis itu, kenapa aku tidak ikut bersenang-senang pula? Dia harus menyepakati hal itu? !! Jika dia menolak itu, maka saya akan mengancamnya untuk tidak akan mengantarnya ke kampusnya. Seng, dia akan telat terhadap privasi dan terbongkarlah rahasianya? !! Pada saat yang mendalam, dia akan menyerah dan melepas perintahku… ”

Kemudian dia berkata lagi kepada dirinya, “Amboi, rampasan yang sangat berharga dan buruan yang begitu mudah !! Dengan cepat, Hamid mengendarai mobilnya menuju apartemen Adil, sambil memimpikan dapat melakukan hubungan mesum bersama gadis yang cantik itu dan memimpikan dirinya akan menikmati pesonanya. Akan tetapi, mewanti-wanti semua yang akan terjadi. Siapa tahu dia itu menolak ajakannya, dan dia harus memerkosanya dengan memakai kekuatan !! Yang penting, mangsa yang sangat mudah ini tidak tersia-siakan olehnya baik itu dilakukan suka sama suka atau secara paksa. Karena itu, dia membawa di saku pisau belati untuk menakut-nakuti mangsanya jika sewaktu-waktu dia menolak untuk memberikan apa yang diinginkannya. ”

Hamid melaju menuju apartemen Adil dengan kecepatan tinggi, sementara semangatnya terik matahari demi nafsunya untuk bisa menggaet gadis yang sangat mahal itu !! Ketika dia sudah tiba di apartemen, dia mengusap keringat di keningnya dan tersendat-sendat nafasnya yang sedang terengah-engah.

Untuk memberikan informasi kepada orang-orang yang ada di dalam apartemen, Hamid pun mengetuk pintu apartemen dengan ketukan-ketukan ringan, yang terdengar di kedua gendang telinga, yang membuat tombol-tombol yang menyerukan darinya segala ketakutan, kegelisahan dan kecemasan. Karena dia meyakini si pengetuk adalah Adil untuk perbaikannya ke kampus sebelum tiba. Kemudian Hamid membuka pintu dan mendorongnya. Dia sangat terobsesi untuk melihat gadis yang sangat cantik itu dan membayangkan dia melakukan kehinaan dan dosa bersamanya.

Akan tetapi, ngeri bercampur kaget dan pedih saat Hamid melihat hal yang bisa menghilangkan akal dan nalar sehatnya dan menerbangkan hati dan pikirannya !! Dan kamuikan saja dia tidak pernah melihatnya !! Sungguh, Hamid melihat saudarinya, Rabab sedang duduk di dalam apartemen !! Ternyata, Rabab alias adiknya adalah pacar dan kekasih Adil yang sudah mengajaknya berkencan di dalam apartemennya !!

Rabab tersentak karena saking kagetnya. Ternyata Hamid, saudara kandung tertuanya sedang berdiri di hadapannya. Apa yang mencuat datang kemari saat ini !! Bagaimana Hamid bisa tahu dia ada di dalam industri ini? !! Apakah Hamid mengetahui dia telah menjual harga diri dan Penghargaannya kepada Adil pada pagi hari ini? !! Seketika, pandangannya tampak redup. Mulutnya terbungkam karena risau dan terkekang oleh rasa takut. Dia merasakan ledakan yang menyemburkan hawa panas ke dinding-dinding di depan pelototan kedua mata kakaknya yang telah hilang akalnya. Dia bisa merasakan tingginya nada suara Hamid saat berteriak ke mukanya seperti orang kalapakan api cemburu tersembur dari kedua matanya. Hamid berkata, "Apa yang telah kamu perbuat, hai wanita jalang yang mencoreng kehormatan, kemuliaan dan pamor kami ?!"

Rabab pun gemetar bagaikan bulu diterpa angin yang sangat kencang, sementara rasa malu membuat merah raut mukanya! Hamid tak butuh bertanya ke-kompetisi tentang apa yang membuat nyasar ke dunia ini! Adil telah berbicara melalui telepon bahwa dia adalah pacarnya, dan bahwa Adil telah merenggut kegadisan dan kesuciannya.

Hamid mulai menatapnya dengan pandangan yang berapi-api dan seperti umpan yang mendahului kegilaan. Lalu dia menjambak rambut Rabab yang hitam berombak dan mendorongnya dengan kuat hingga Rabab terjerembab ke tanah. Rabab bangun dan bergelayutan pada rumbai baju kakaknya setelah tersungkur di hadapannya dalam keadaan tertunduk dan memohon, sedang air matanya membasahi kedua pipinya. Dia memelas kepada Hamid dengan suara lirih dan sesenggukan, “Berilah kasihan dan ampunan, wahai Hamid. Aku berjanji untuk tidak akan mengulangi perbuatan semacam ini di sepanjang hidupku… Sementara itu mereka membeku di mukanya, Hamid membalas ucapannya, “Sekarang dan setelah semuanya terjadi, kamu baru mengucapkan kata-kata ini. Sesungguhnya kematianmu lebih baik bagi kami dari hidupmu.

Sampai di sini, Hamid mengeluarkan sebilah pisau yang dibawanya di balik bajunya. Dia mengacungkannya tinggi-tinggi ke atas, lalu menghunjamkannya ke dada saudarinya dan menusuknya dengan tusukan yang menembus ulu leher. Rabab mengeluarkan jeritan yang menggema yang membuat tembok bergoncang. Kemudian dia mengikutinya dengan tusukan-tusukan secara beruntun yang mencabik-cabik isi perutnya, untuk menewaskannya dan mematikan jalinan cinta gelap yang menggelora di cermin dan menghilangkan aib dan cela bersamanya !! Sekali bertubi-tubi, tusukan-tusukan pun dihunjamkan ke dalam tubuh Rabab yang bersimbah dosa. Dia menjerit dan meminta tolong… yaitu jeritan-jeritan yang mencerai beraikan hati. Belum lagi jeritan-jeritan itu merada secara keseluruhan-lahan, hingga Rabab tersungkur menjadi mayat yang beku dan bersimbah darah. Hidup segar yang berwarna kemerah-merahan, tanpa mengeluarkan keringat dan mengedipkan mata. Rabab pun telah tewas dibunuh Hamid, kakaknya sendiri sebagai balasan atas harga diri dan terhormatnya yang tercoreng !!

Sampai di sini, Hamid tetap berdiri pada bangkai yang membeku itu, sedang berlumuran darah. Dia berteriak dan berkata, “Kini… telah mati kehinaan dan aib itu !! Kini… telah terkubur cela itu! ”Kemudian dia duduk di sofa terdekat untuk beris-tirahat dan menghirup nafasnya yang tersengal-sengal… Saat dia sedang rebahan di atas sofa, tiba-tiba tiba saya mendengar bunyi kunci bergerak di pintu dan ketuk suara sahabatnya, Adil panggilan, "Rabab .... Kekasihku… Ini aku sudah kembali kepadamu… ”

Kedatangan Adil ke apartemen saat itu adalah hal yang tak terduga, karena semstan dia masih tertahan di tempat pemarkiran. Akan tetapi, pada saat itu, lalu lintas itu bertemu dengan seorang polisi yang memiliki hubungan erat dengannya. Petugas Polisi berusaha mengeluarkannya dari tempat tahanan ini dengan uang. Demikian keluar dari tempat pemarkiran itu, Adil makan menuju ke apartemennya untuk memastikan apakah Rabab masih berada di dalamnya. Atau sahabatnya, Hamid telah membawa dan mengantarnya ke kampusnya. Mendengar suara Adil, serentak api cemburu berkobar dalam hati Hamid. Dengan sigap, dia langsung melompat, meraih pisaunya dan bersembunyi di balik pintu. Belum benar Adil masuk ke dalam dan menjulurkan punggungnya ke pintu,

Adil terpana dengan pemandangan ini. Dia berteriak memohon dan memelas sambil berkata, “Hamid, apa yang terjadi denganmu ?! Apa yang sudah menimpamu ?! Bagaimana kamu menghunjamkan pisau kepadaku apakah aku adalah sahabat, teman dan patner hidupmu? ”

Hamid berteriak dan berkata, “lihat mayat itu. Sesungguhnya dia adalah mayat Rabab, kekasihmu. Aku sudah membunuhnya dengan kedua tanganku ini. Tahukah kamu siapa Rabab ini, hai Adil? Dia adalah adik dan saudari kandungku dari ibu dan bapakku! Dia adalah saudariku yang telah kamu rampas harga diri, kesucian dan kehormatannya. Aku harus membunuhmu, wahai Adil, seperti aku telah membunuhnya, agar kejahatan dan aib ini sirna seiring kematian kalian !!

Kemudian dia menurunkan pisaunya dan menghunjamkannya secara bertubi-tubi ke dada Adil yang langsung menjerit, meminta tolong dan memelas, tapi sudah tak ada gunanya !! Darah memuncrat dari tubuh Adil, dan dia berusaha melawan sebisanya. Namun, dia berbicara dan menyerah di tangan tukang jagal dan juga sahabatnya, Hamid. Tanpa henti-hentinya tusukan pun dihunjamkan oleh Hamid sampai dia yakin bahwa Adil telah tewas dan menjadi orang yang membeku dan tak bergerak !!

Pada saat yang sama, Hamid berdiri pada bangkai Adil yang bermandikan darah segar, lalu dia tertawa terbahak-bahak dan berkata, “Kini, aku telah membalas harga diri dan kehormatanku darimu, hai orang hina yang biadab…” Kemudian dia membanting tubuh yang capek dan letih pada salah satu karya yang ada di dalam dan dia pun rebahan di atasnya.

Untuk beberapa saat lamanya, Hamid dalam kondisi seperti ini. Lalu dia dikejutkan pintu apar-temen yang didobrak dan dia melihat sekelompok polisi masuk. Polisi langsung mengatakan, “Jangan pindah dari posisimu, dan jangan berusaha melawan atau kabur. Rumah ini sudah terkepung oleh polisi. ”

Hamid tahu bahwa tak ada gunanya untuk mela-wan dan memungkirinya. Mayat dan darah yang melumuri tanah, juga pakaian dan detik yang berlumuran Muslim. Hamid menyerah kepada apa yang terjadi. Dia pun diam tak bergerak dan salah seorang polisi menghampirinya dan memborgol kedua, tanpa ada perlawanan darinya.

Polisi pun menginterogasinya, lalu mereka berkemas-kemas dan meninggalkan markas menuju markas. Pak polisi bertanya, “Apa yang telah terjadi ?! Kami menerima informasi dari salah satu peng-huni gedung apartemen tentang pria dan wanita di salah satu ruang apartemen dan bunyi jeritan dan minta pertolongan dari si wanita. Lalu kami pun datang untuk menyelamatkannya, tapi fakta kami datang telat dan setelah semuanya terjadi… ”

Hamid menjawabnya dengan sikap dingin dan santai, “Ini sahabatku Adil, dan itu adalah saudariku Rabab. Adil dilakukan ke apartemen ini pada saat ini dan merenggut kehormatannya atas dasar suka sama suka dan kesepakatan bersama, lalu aku pun membu-nuh untuk menghilangkan kehinaan, cela dan aib bersamanya. Nah, sekarang aku berada di hadapan kalian, maka tolong kalian aroma aku sesuka hati !! ”

Hamid digiring ke markas polisi, dan menjual pun selesai. Dia telah mengakui semua apa yang telah diperbuatnya, dan berkas-berkasnya telah dipindahkan ke Lembaga Pengadilan untuk menjatuhkan vonis yang sebanding dengan tindakannya. Akhirnya, pengadilan menjatuhkan vonis mati terhadapnya.

Pada hari pertama, terbit koran yang memuat pada bagian halaman depan ( berita ) berita tentang eksekusi mati terhadap Hamid, dan juga menyembah yang berdarah yang memilukan itu…

Demikianlah terurainya tabir penutup terhadap kesedihan yang meresahkan ini. Demikianlah tragedi yang buruk itu berkesudahan dengan terbunuhnya tiga nyawa sekaligus: Adil, Rabab dan Hamid. Penyebabnya adalah iseng-iseng lewat telepon, rayuan manis, kata-kata cinta, menuruti ajakan syahwat yang membabi buta, dan penelantaran oleh kedua orang tua untuk memberi pendidikan yang baik dan sebaliknya tidak mempercayainya secara berlebihan. Demikianlah, buah rayuan itu berbelitepakaian kehormatan, terbunuhnya nyawa manusia, dan juga tersingkapnya cela, kehinaan dan aib. (Lihat: Qatilat Al-Hatif , karya Abul Qa'qa 'Muhammad bin Shalih bin Ishaq ash-Shai'ari)

Maka, ambillah (kejadian itu) sebagai Pelajaran, wahai orang-orang yang memiliki pandangan.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

1 Response to "Cerita Cinta: MANISNYA RAYUAN BERBUAH DOSA !!"

  1. How to make online casino pay out? - Kadangpintar
    to make online casino pay out, 메리트 카지노 고객센터 which means that most casino players in the country 온카지노 will never have to pay 샌즈카지노 out at the casino before

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel